WATAK
Allah Adalah Pribadi
Allah adalah seorang pribadi karena memberi nama kepada diri-Nya sendiri. Dengan memberitakan nama-Nya itu “Allah sendiri keluar dari tempat-Nya yang rahasia dan membuka diri-Nya dalam persekutuan.
Allah Adalah Roh
Dengan sederhana dapat dikatakan bahwa roh dalam Perjanjian Lama tidak cocok untuk menyatakan kekinian agama dan masyarakat Perjanjian Lama. Bagaimanapun juga, rasa akrab dan dekat yang kemudian dinyatakan dengan kerohanian juga menonjol dalam pandangan Perjanjian Lama tentang Allah. Ia adalah dumber kehidupan (Mazmur 36:9); Ia tidak tertidur (Mazmur 121:4); Ia melihat hati (I Samuel 16:7); dan tidak ungkapan yang bersifat membatasi dan kebendaan tentang Dia (Keluaran 20:4). Ia melebihi semua makhluk (Yesaya 31:3), sangat berbeda dengan manusia (Hosea 11:9).
Allah itu Esa: Monoteisme
Pada permulaan sejarah Israel, rupanya tidak ada pengertian yang jelas tentang monoteisme. Jelas para leluhur berbakti hanya kepada Tuhan (Kejadian 35:2-4), tetapi secara teknis inilah pemujaan kepada satu allah saja (monolatry). Apakah kepercayaan yang monoteistik mengalami kemunduran pada zaman hakim-hakim atau tidak, kepercayaan ini mencapai suatu ungkapan yang unik di dalam Elia dan diterima oleh para nabi besar. Dalam I Raja-Raja 18 Elia tidak takut untuk memperhadapkan Allah dengan “allah-allah” para nasbi palsu. Tuduhan Elia kepada para nabi palsu menyiratkan monoteisme yang jelas, “Kalau TUHAN itu Allah, ikutlah Dia, dan kalau Baal, ikutlah dia” (ayat 21).
Kekuasaan Allah
Semua perbuatan
Allah menujukkan kekuasaan-Nya, tetapi tidak pernah merupakan kuasa yang
sewenang-wenang. Pengalaman-pengalaman nyata bangsa Israel membuat si pemazmur
bersaksi, “Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya!” (Mazmur
115:3).
Berkaitan erat dengan pemahaman tentang kekudusan Allah. Barangkali inilah pusat watak Allah. Etimologi kata Ibrani ini adalah”memmencilkan” atau “mengkhususkan”. Kata ini dipakai untuk menujukkan sesuatu yang dipisahkan dari pemakaian sehari-hari untuk ibadah suci. Misalnya, dalam Kejadian 2:3 hari ketujuh “dikhususkan” atau “kudus” bagi Tuhan
Kebenaran Allah
Kebenaran
berhubungan erat dengan kekudusan, memunjukkan perilaku yang benar atau watak
yang benar; sikap lurus, selaras dengan sebuah norma tertentu. Artinya yang
luas aialah sesuatu yang tulen atau yang wajar. Jalan kebenaran adalah jalan
yang dapat dilalui (Mazmur 23:3); pohon kebenaran adalah pohon yang indah
(Yesaya 61:3).
Berkaitan dengan kasih-Nya adalah gagasan tentang panjang sabar Allah. Kemurahan-Nya melebihi murka-Nya (Mazmur 30:6), meski ada batas-batasnya juga (Nahum 1:3; Keluaran 34:7). Selanjutnya, Allah itu pengasih dan penyayang dan menyatakan kebaikan-Nya kepada orang yang kesusahan (Mazmur 146:8-10; Yesaya 54:10). Akhirnya ada anugerah Allah, yaitu kasih bagi mereka yang tidak patut menerimanya (Kejadian 6:8).
0 Komentar