Latar Belakang
Dengan
kata "latar belakang" dimaksudkan segala sesuatu yang langsung atau
tidak langsung mempengaruhi surat-surat Paulus. Secara umum dapat kita katakan
bahwa latar belakang surat-surat Paulus itu adalah kebutuhan umatnya. MiÂsalnya:
1 Kor ditulis teru-tama untuk menjawab perpecahan yang timbul dalam tubuh
jemaat, Gal karena ada penyelewengan Injil oleh sekelompok kristen yang
mewartakan suatu injil yang seÂbenarnya bukan Injil (Gal 1:6-8), dll. Sekali
lagi, tujuan Paulus menulis surat adalah untuk menjawab kebutuhan, kesukaran
atau masalah yang dihadapi umatnya, tetapi juga untuk meneguhkan iman mereka
dan menciptakan keteraturan dan "disiplin" dalam kehidupan
jemaat-jemaat muda. Mungkin satu-satunya surat yang tidak didorong oleh suatu
kebutuhan/masaÂlah konkret jemaat adalah surat kepada jemaat di Roma. Berbeda
dengan surat-surat lainnya, jemaat di Roma tidak dikenal Paulus (bdk 1:13),
karena tidak didirikan olehnya. Karena itu lain dari kebiasaannya yang tidak
suka, Paulus "memaparkan" Injil kepada jemaat di Roma meskipun orang
lain sudah lebih dahulu mewartakan Injil di sana. Biasanya Paulus tidak suka
"membangun di atas dasar yang telah diletakkan orang lain" (15:20).
Apakah tujuan Paulus menulis surat kepada mereka? Untuk mempersiapkan
perjalananannya ke Spanyol dengan singgah di Roma (15:23-24). Jadi ia
membutuhkan bantuan orang-orang Roma dalam misinya ke Spanyol (bantuan materiil
maupun spiritual). Agar mereka tidak menaruh curiga kepadanya, maka ia
memaparkan Injil Yesus Kristus sebagaimana yang dia yakini.
Masih
dalam konteks latar belakang surat-surat kiranya kita dapat membicarakan
peristiwa-peristiwa yang ikut mempengaruhi surat-surat Paulus;
peristiwa-peristiwa yang terpenting adalah sbb:
1) Visi Paulus
tentang kebangkitan Kristus:
Sebagai
orang Farisi Paulus sudah percaya bahwa kebangkitan badan itu memang akan
terjadi. Tetapi bagi dia hal itu terjadi pada jaman eskatologis. Kini
keyakinannya itu diteguhkan oleh fakta kebangkitan Yesus Kristus yang sudah
terjadi di masa sekarang. Maka dia percaya bahwa dengan kebangkitan Yesus itu
mulailah jaman eskatologis. Selain itu dia lalu percaya bahwa Yesus itu
Kristus, utusan Allah dan bahkan Anak Allah.
2) Pengharapan
yang naif akan kedatangan Yesus yang kedua (parouÂsia):
Kebangkitan
Yesus membuat Paulus dan jemaat kristen pada pertengahan abad pertama mengira
bahwa Yesus akan segera menuntaskan kemenangan-Nya atas kuasa setan. Mereka
mengira Yesus segera kembali untuk
mengadili orang jahat dan memberi ganjaran kepada pengikut-pengikut Yesus yang
setia. Ini salah satu ciri pengharapan apokaliptik! Gema dari pengharapan
semacam ini dapat dilihat dalam 1 Tes 4:16-17; 1 Kor 15:51-52.
3) Reaksi
terhadap orang-orang Yunani yang menolak kebangkitan badan: bdk 1 Kor 15 dan
sebagian dari 2 Kor:
Bagi
kebanyakan orang Yunani, karena pengaruh Platonisme, badan manusia adalah
penjara jiwa. Maka sulit bagi mereka menerima kebangkitan badan [bdk Kis
17:32dst].
4) Di Efesus Paulus pernah hampir mati (bdk Flp
1:12-26 dan 2 Kor 1:8-11). Dari pengalaman ini Paulus menjadi sadar bahwa ia
tidak akan mengalami parousia Kristus
dan bahwa menjadi pengikut Kristus berarti ikut menderita bersama Dia, agar
dengan demikian ia dapat mulia bersama Kristus pula. Tema partisipasi pada
sengsara dan kebangkitan Yesus Kristus nampak terutama dalam Flp dan 2 Kor).
5) Di Korintus
Paulus berjumpa dengan rasul-rasul palsu. Pengalaman ini mendorong Paulus untuk
merenungkan makna dan tujuan seorang rasul yang sejati berikut ciri-cirinya
yang membedakan rasul yang sejati dari yang palsu (2 Kor). Rasul yang sejati
tidak hanya mewartakan Yesus Kristus dengan kata-kata belaka, melaÂinkan dengan
seluruh kehidupannya yang disesuaikan dengan kehidupan Yesus yang menderita dan
hina itu.
6) Dahulu
Paulus sendiri seorang Farisi yang sangat mengagumi kitab Taurat. Ia percaya
bahwa manusia bisa selamat hanya karena ia sanggup melaksanakan
perintah-perintah Taurat. Namun sejak pertemuaan dengan Yesus Kristus, ia sadar
bahwa manusia selamat karena jasa Yesus Kristus yang wafat di salib dan dari
pihak manusia dituntut iman kepada-Nya.
7) Penolakan
Injil Yesus Kristus oleh orang-orang Yahudi dan penerimaannya oleh
bangsa-bangsa bukna-Yahudi membuat Paulus berteologi secara baru mengenai
misteri keselamatan yang ditujukan Allah kepada semua bangsa, Yahudi maupun
bukan-Yahudi.
Otentisitas surat-surat
Paulus
Tujuh
surat yang tidak diragukan para ahli berasal dari Paulus adalah: Rm, 1 - 2 Kor,
Gal; Flp, Flm, 1 Tes. Sedangkan 2 Tes, Kol dan Ef diragukan; lalu ketiga surat
pastoral (1 - 2 Tim dan Tit) hampir pasti bukan dari Paulus. Biasanya kriteria
untuk menentukan asli tidaknya surat Paulus adalah gagasan-gagasannya dan gaya
bahasa serta kosakata yang dipakai dalam surat tersebut.
Biasanya para ahli
mengelompokkan surat-surat Paulus sebagai berikut:
1)
Surat-surat
awali: 1 dan 2 Tesalonika. Disebut
"awali" karena surat-surat ini dianggap paling tua.
2)
Surat-surat
besar: Galatia, 1 dan 2 Korintus,
Roma. Disebut "besar" karena surat-surat ini mengandung gagasan
teologis yang penting.
3)
Surat-surat
tahanan/penjara: Filipi, Kolose,
Efesus dan Filemon. Disebut "surat tahanan" karena surat-surat ini
ditulis selama Paulus ditahan di penjara.
4)
Surat-surat
pastoral: 1 dan 2 Timotius dan Titus.
Disebut "pastoral" karena surat-surat ini bersifat pastoral, yakni
ingin menciptakan keteraturan dan disiplin dalam jemaat, dengan kata lain surat
untuk para pastor.
0 Komentar